Memahami Pengalaman Body Shaming Pada Remaja Perempuan
Collection Location | Library FISIP |
Edition | |
Call Number | 302.2 |
ISBN/ISSN | |
Author(s) | Tri Fajariani Fauzia |
Subject(s) | Komunikasi |
Classification | 302.2 |
Series Title | GMD | Skripsi |
Language | Indonesia |
Publisher | Fisip Undip |
Publishing Year | 2019 |
Publishing Place | Semarang |
Collation | |
Abstract/Notes | Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya kasus atau fenomena body shaming di masyarakat. Ada 966 kasus penghinaan fisik atau body shaming yang ditangani polisi dari seluruh Indonesia sepanjang 2018. Sebanyak 347 kasus diantaranya selesai baik melalui penegakan hukum maupun pendekatan mediasi antara korban dan pelaku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengalaman body shaming yang dialami oleh remaja perempuan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Kecemasan yang Disosialisasikan dan Teori Fenomenologi Sosial. Paradigma interpretatif, teknik analisis data mengacu pada metode fenomenologi dari Clark Moustakas. Subjek penelitian adalah remaja perempuan yang pernah atau sedang mengalami body shaming. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku body shaming dialami seluruh informan sejak usia sekolah menengah dan cenderung dilakukan oleh teman sekolah. Intensitas body shaming cenderung naik seiring bertambahnya usia serta munculnya kesadaran akan tubuh dan penampilan. Bentuk body shaming didominasi oleh warna kulit, bentuk dan ukuran tubuh berupa komunikasi verbal bahkan beberapa sampai pada bentuk kekerasan fisik. Pengalaman body shaming yang dialami informan seperti mendapat ujaran body shaming di tempat ramai dan mendapat body shaming yang disertai kekerasan fisik. Bahkan body shaming dari teman laki-laki atau dari kekasih memberi tekanan lebih pada informan, dengan komentar berupa tubuh maupun wajah tidak menarik. Body shaming memberi tekanan serta memunculkan body shame yang menurunkan kepercayaan diri. Informan menjadi mudah sensitif pada berbagai hal, seperti dalam memilih pakaian, menolak ajakan keluar rumah, hingga semakin menutup dan membatasi diri. Informan dalam penelitian ini melakukan upaya pembuktian agar terhindar dari body shaming kembali dengan perawatan tubuh, melakukan program diet, berolahraga, dan belajar merias diri. Perlawanan body shaming memunculkan konsep body positivity, namun mereka masih melakukan upaya-upaya perubahan tubuh seperti berdandan, membentuk tubuh yang bagus, dan sensitif pada hal-hal berkaitan dengan tubuh. Mengalami body shaming dan melakukan body positivity belum tentu selesai meski mereka sudah dapat melakukan perlawanan. Disaat informan telah melakukan body positivity tidak menutup kemungkinan mereka kembali merasa insecurity pada tubuhnya dan melakukan perubahan sebagai upaya pencegahan terjadinya body shaming. Maka dari itu diharapkan masyarakat turut memberi perhatian lebih bada kasus-kasus body shaming yang ada di sekitarnya. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |