PEMAKNAAN SANTRI MENGENAI WACANA POLIGAMI PADA FILM SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2

Collection Location Library FISIP
Edition
Call Number 302.2
ISBN/ISSN
Author(s) Bakhita Aida
Subject(s) Komunikasi
Classification 302.2
Series Title
GMD Skripsi
Language Indonesia
Publisher Fisip Undip
Publishing Year 2018
Publishing Place Semarang
Collation
Abstract/Notes Data rekapitulasi perceraian yang diproses Pengadilan Agama dan dicatat oleh Komnas Anti Kekerasan terhadap Perempuan menyatakan pada 2015 ada 7.476 kasus perceraian akibat poligami. Poligami seakan menjadi wacana yang tak kunjung surut diperdebatkan. Masingmasing pihak mengajukan referensi dalih yang sama antara yang pro maupun yang kontra. Praktik poligami yang masih berkembang dikarenakan wacana poligami masih mengandung pro dan kontra atau menimbulkan perspektif di tiap individu, sehingga untuk melihat perspektif atau pemaknaan khalayak terhadap poligami dalam film Surga Yang Tak Dirindukan 2, peneliti menggunakan metode analisis resepsi, di mana khalayak dilihat sebagai bagian dari interpretative communities yang selalu aktif dalam mempersepsi pesan dan memproduksi makna, tidak hanya sekedar menjadi individu pasif yang menerima begitu saja makna yang diproduksi oleh media massa, termasuk santri yang juga sebagai kepanjangan dari Kyai dan akan membahas wacana poligami di masa mendatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeksripsikan pemaknaan santri sebagai khalayak mengenai wacana poligami pada film Surga Yang Tak Dirindukan 2. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori encoding-decoding dan teori Nurture. Hasil penelitian menunjukkan adanya keberagamaan pemaknaan santri yang berbedabeda mengenai wacana poligami pada Film Surga Yang Tak Dirindukan 2. Keenam informan pada posisi negosiasi membenarkan kebolehan poligami dengan adanya syarat dan sebab khusus. Namun mereka tidak bersedia untuk melakukan poligami karena poligami membuat pribadi merasa tersakiti dan syarat poligami yang sulit untuk dilaksanakan yaitu adil. Sebagian informan santri putri berpendapat bahwa adil meliputi aspek mapan dan perasaan sedangkan santri putra tidak setuju apabila perasaan merupakan tuntutan adil. Tidak hanya itu,sebagian informan sependapat bahwa istri yang tidak dapat melaksanakan kewajiban dengan baik merupakan kondisi yang diperbolehkan untuk dipoligami. Pendapat informan didasarkan pada interpretasi para tekstualis atas ayat-ayat Al-Quran tentang poligami, Kitab Kuning,diskusi santri dan kyai,serta media massa
Specific Detail Info
Image
  Back To Previous